MAKALAH
TUGAS
SEMESTER
Sejarah Pendidikan
“Pendidikan pada masa Kemerdekaan”
Dosen
Pengumpu:
Bapak Muktar
Disusun
oleh:
R
U S I A
NPM:1284481
Jurusan
Tarbiyah
Program
Studi Pendidikan Agama Islam (F)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI
(STAIN)
JURAI SIWO METRO
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pendidikan semenjak
kita mencapai kemerdekaan memberikan gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada
masa ini, usaha penting dari pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh
pendidik yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran.
Dalam kongres pendidikan, Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk
panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan
untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa
Indonesia sendiri.
Praktek pendidikan zaman Indonesia
merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem
pendidikan Belanda. Praktek pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan
Barat. Diharapkan praktek pendidikan Barat ini akan bisa mempersiapkan kaum
pribumi menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai "pangreh
praja". Praktek pendidikan kolonial ini tetap menunjukkan diskriminasi
antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh
anak-anak dari lapisan atas. Dengan demikian, sesungguhnya tujuan pendidikan
adalah demi kepentingan penjajah untuk dapat melangsungkan penjajahannya.
Yakni, menciptakan tenaga kerja yang bisa menjalankan tugas-tugas penjajah
dalam mengeksploitasi sumber dan kekayaan alam Indonesia. Di samping itu,
dengan pendidikan model Barat akan diharapkan muncul kaum bumi putera yang
berbudaya barat, sehingga tersisih dari kehidupan masyarakat kebanyakan. Pendidikan zaman Belanda membedakan
antara pendidikan untuk orang pribumi. Demikian pula bahasa yang digunakan
berbeda. Namun perlu dicatat, betapapun juga pendidikan Barat (Belanda)
memiliki peran yang penting dalam melahirkan pejuang-pejuang yang akhirnya
berhasil melahirkan kemerdekaan Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk membicarakan tentang
Perkembangan Perkembangan Pendidikan Pada Masa Jaman Kemerdekaan Indonesia yang
mengingat materinya yang sangat luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka
perkenankan kami dalam tulisan ini hanya akan menyampaikan pokok-pokok
permasahannya yang meliputi:
1. Pendidikan pada masa kemerdekaan
2. Keadaan masyarakat pada masa orde lama
3. Semangat bergulirnya pemikiran dari tokoh
pendidikan klasik
4. Pendidikan insonesia setelah kemerdekaan
C. MANFA’AT MAKALAH
Supaya pembaca lebih mengerti dan
memahami lagi tentang Perkembangan Pendidikan Pada Masa Zaman Kemerdekaan
Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN PADA MASA KEMERDEKAAN
Perkembangan pendidikan semenjak
kita mencapai kemerdekaan memberikan gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada
masa ini, usaha penting dari pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh
pendidik yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran.
Dalam kongres pendidikan, Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk
panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan
untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa
Indonesia sendiri.
Praktek pendidikan zaman Indonesia
merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem
pendidikan Belanda. Praktek pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan
Barat. Diharapkan praktek pendidikan Barat
ini akan bisa mempersiapkan kaum pribumi menjadi kelas menengah baru yang mampu
menjabat sebagai "pangreh praja". Praktek pendidikan kolonial ini tetap
menunjukkan diskriminasi antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan
luas tetap saja diperoleh anak-anak dari lapisan atas. Dengan demikian,
sesungguhnya tujuan pendidikan adalah demi kepentingan penjajah untuk dapat
melangsungkan penjajahannya. Yakni, menciptakan tenaga kerja yang bisa
menjalankan tugas-tugas penjajah dalam mengeksploitasi sumber dan kekayaan alam
Indonesia. Di samping itu, dengan pendidikan model Barat akan diharapkan muncul
kaum bumi putera yang berbudaya barat, sehingga tersisih dari kehidupan
masyarakat kebanyakan. Pendidikan zaman Belanda membedakan antara pendidikan
untuk orang pribumi. Demikian pula bahasa yang digunakan berbeda. Namun perlu
dicatat, betapapun juga pendidikan Barat (Belanda) memiliki peran yang penting dalam
melahirkan pejuang-pejuang yang akhirnya berhasil melahirkan kemerdekaan
Indonesia.
Pada zaman Jepang meski hanya dalam
tempo yang singkat, tetapi bagi dunia pendidikan Indonesia memiliki arti yang
amat signifikan. Sebab, lewat pendidikan Jepang-lah sistem pendidikan
disatukan. Tidak ada lagi pendidikan bagi orang asing dengan pengantar bahasa
Belanda.
Satu sistem pendidikan nasional
tersebut diteruskan se telah bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari
penjajah Belanda. Pemerintah Indonesia berupaya melaksanakan pendidikan
nasional yang berlandaskan pada budaya bangsa sendiri. Tujuan pendidikan
nasional adalah untuk menciptakan warga negara yang sosial, demokratis, cakap
dan bertanggung jawab dan siap sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk
negara. Praktek pendidikan selepas penjajahan menekankan pengembangan jiwa
patriotisme. Dari pendekatan "Macrocosmics", bisa dianalisis bahwa
praktek pendidikan tidak bisa dilepaskan dari lingkungan, baik lingkungan
sosial, politik, ekonomi maupun lingkungan lainnya. Pada masa ini, lingkungan
politik terasa mendominir praktek pendidikan. Upaya membangkitkan patriotisme
dan nasionalisme terasa berlebihan, sehingga menurunkan kualitas pendidikan itu
sendiri.
B. KEADAAN MASYARAKAT PADA MASA ORDE LAMA
Sesudah proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945, terjadi perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat
Indonesia. Pada waktu zaman kolonial Belanda adanya diskriminasi sebagai ciri
pokoknya menempatkan bangsa Belanda sebagai warga negara kelas satu, kemudian
timur asing dan yang terakhir adalah golongan pribumi Indonesia. Struktur itu
berubah lagi setelah zaman pendudukan Jepang tingkatannya meliputi kelas 1
adalah orang Jepang, Pribumi Indonesia kelas 2, dan Timur Asing dan Indo
menjadi warga negara kelas 3.
Setelah Indonesia merdeka
diskriminasi yang pernah dilakukan oleh kolonial Belanda maupun Jepang
dihapuskan. Indonesia tidak mengadakan perbedaan perlakuan berdasarkan ras,
keturunan, agama, atau kepercayaan yang dianut warga negaranya. Semua warga
negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Namun, di sana-sini masih
terdapat sisa-sisa semangat diskriminasi dari zaman penjajahan yang harus kita
lenyapkan.
Tetapi zaman permulaan yang penuh
semangat kebangsaan dalam menghadapi musuh dari luar, seperti ancaman Belanda
yang masih selalu berusaha kembali ke Indonesia bersama NICA, juga mulai masuk
musuh dari dalam yang berbentuk pengaruh ideologi Komunis. Akhirnya PKI menjadi
partai politik yang terbesar dan terkuat. Pengaruh ini mulai masuk ke dalam parpol
seperti PNI dengan mengubah namanya menjadi Marhaenism dari PNI menjadi
Marxisme yang diterapkan dalam kondisi Indonesia.Ke dalam dunia pendidikan,
pengaruh ideologi kiri masuk melalui pengangkatan Menteri PP dan K Prof. Dr.
Priyono dari partai kiri Murba.
C.SEMANGAT BERGULIRNYA PEMIKIRAN
DARI TOKOH PENDIDIKAN KLASIK
1. Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantoro adalah Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia yang banyak mengkonsep sistem pendidikan nasional
pada masa awal kemerdekaan. Visi, misi dan tujuan pendidikan yang digagas oleh
Ki Hajar Dewantoro adalah bahwa pendidikan sebagai alat perjuangan untuk
mengangkat harkat, martabat dan kemajuan umat manusia secara universal.
Sehingga mereka mampu berdiri kokoh sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah
maju dan tetap berpijak kepada identitas dirinya sebagai bangsa yang telah
memiliki peradaban dan kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lain.
Selanjutnya Ki Hajar Dewantoro juga
menginginkan agar pendidikan yang diberikan kepada bangsa Indonesia adalah
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu pendidikan yang dapat
membawa kemajuan bagi peserta didik. Ungkapan ini merupakan respon dari adanya
pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada rakyat kita, yaitu
pendidikan yang mengajarkan hal-hal yang sulit dipelajari tetapi tidak
berfungsi untuk masa depan.
2. Hasyim Asy’ari
Gagasan Hasyim Asy’ari adalah bahwa
untuk berjuang mewujudkan cita-cita nasional termasuk dalam bidang pendidikan,
diperlukan wadah berupa organisasi pada tahun 1926 ia mendirikan Jam’iyah
Nahdlatul Ulama, dalam organisasi ini Hasyim Asy’ari berjuang membina dan
menggerakkan masyarakat melalui pendidikan. Beliau juga mendirikan pondok
pesantren sebagai basis pendidikan dan perjuangan melawan Belanda.
3. K.H. Ahmad Dahlan
Selain itu, Ahmad Dahlan juga
berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan dunia. Oleh karena itu,
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat
dimana siswa itu hidup. Dengan pendapatnya yang demikian itu, sesungguhnya Ahmad
Dahlan mengkritik kaum tradisionalis yang menjalankan model pendidikan yang
diwarisi secara turun temurun tanpa mencoba melihat relevansinya dengan
perkembangan zaman.
Ahmad
Dahlan sadar, bahwa tingkat partisipasi muslim yang rendah dalam sektor-sektor
pemerintahan itu karena kebijakan pemerintah kolonial yang menutup peluang bagi
muslim untuk masuk. Berkaitan dengan kenyataan serupa ini, maka Ahmad Dahlan
berusaha memperbaikinya dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya
pendidikan yang sesuai perkembangan zaman bagi kemajuan bangsa. Berkaitan
dengan masalah ini Ahmad Dahlan mengutip ayat 13 surat al-Ra’d yang artinya:
Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka
mengubah apa yang ada pada diri mereka.
Upaya mewujudkan visi, misi dan
tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan lebih lanjut
melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya. Salah satu kegiatan atau
program unggulan organisasi ini adalah bidang pendidikan. Sekolah Muhammadiyah
yang pertama berdiri satu tahun sebelum Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi
berdiri. Pada tahun 1911 Ahmad Dahlan mendirikan sebuah madrasah yang
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan kaum muslimin terhadap pendidikan agama dan
pada saat yang sama bisa memberikan mata pelajaran umum.
D. Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan
(1945-1969)
Pendidikan dan pengajaran sampai
tahun 1945 di selenggarakan oleh kentor pengajaran yang terkenal dengan nama
jepang Bunkyio Kyoku dan merupakan bagian dari kantor penyelenggara urusan
pamong praja yang disebut dengan Naimubu. Setelah di proklamasikannya
kemerdekaan, pemerintah Indonesia yang baru di bentuk menunjuk Ki Hajar
Dewantara, pendiri taman siswa, sebagai menteri pendidikan dan pengajaran mulai
19 Agustus sampai 14 November 1945, kemudian diganti oleh Mr. Dr. T.G.S.G Mulia
dari tanggal 14 November 1945 sampai dengan 12 Maret 1946. tidak lama kemudian
Mr. Dr. T.G.S.G Mulia dig anti oleh Mohamad Syafei dari 12 Maret 1946 sampai
dengan 2 Oktober 1946. karena masa jabatan yang umumnya amat singkat, pada
dasarnya tidak bayak yang dapat diperbuat oleh para mentri tersebut.singkat,
pada dasarnya tidak bayak yang dapat diperbuat oleh para mentri tersebut.
1. Tujuan Dan Kurikulum Pendidikan
Dalam
kurun waktu 1945-1969, tujuan pendidikan nasional Indonesia mengalami lima kali
perubahan. Sebagaimana tertuang dalam surat keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan (PP & K), Mr. Suwandi, tanggal 1 Maret 1946,
tujuan pendidikan nasional pada masa awal kemerdekaan amat menekankan penanaman
jiwa patriotosme. Hal ini dapat di pahami, karena pada saat itu bangsa
Indonesia baru saja lepas dari penjajah yang berlangsung ratusan tahun, dan
masih ada gelagat bahwa Belanda ingin kembali menjajah Indonesia. Oleh karena
itu penanaman jiwa patrionisme melalui pendidikan dianggap merupakan jawaban
guna mempertahankan negara yang baru diproklamasikan.
Sejalan
dengan perubahan suasana kehidupan kebangsaan, tujuan pendidikan nasional
Indonesia pun mengalami perluasan; tidak lagi semata menekan jiwa patrionisme.
Dalam Undang-Undang No. 4/1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah. “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia yang cukup
dan warga negara yang demokaratis secara bertanggung jawab tentang kesejahtraan
masyarakat dan tanah air”.
Kurikulum
sekolah pada masa-masa awal kemerdekaan dan tahun 1950-an di tujukan untuk:
a. meningkatkan kesadaran bernegara dan
bermasyarakat,
b. meningkatkan pendidikan jasmani,
c. meningkatkan pendidikan watak,
d. menberikan perhatian terhafap kesenian,
e. menghubungkan isi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari, dan
f. mengurangi pendidikan pikiran.
Menyusul
meletusnya G-30 S/PKI yang gagal, maka melalui TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966
tentang Agama, Pendidikan, dan kebudayaan di adakan perubahan dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional yaitu, “Membentuk manusia pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikenhendaki oleh pembukaan UUD
1945”.
2. Sistem Persekolahan
Sistem
pendidikan di Indonesia pada awal kemerdekaan pada dasarnya melanjutkan apa
yang dikembangkan pada zaman pendudukan jepang. Sistem dimaksud meliputi tiga
tingkatan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan
rendah adalah Sekolah Rakyat (SR) 6 tahun. Pendidikan menengah terdiri dari
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah tinggi. Sekolah menengah pertama
yang berlangsung tiga tahun mempunyai beberapa jenis, yaitu sekolah menegah
pertama (SMP) sebagai sekolah menengah pertama umum; kemudian sekolah teknik
pertama (STP), kursus kerajinan negeri (KKN), sekolah dagang,sekolah kepandayan
putrid (SKP) sebagai sekolah menengah pertama kejuruan; serta sekolah guru B
(SGB) dan sekolah guru C (SGC) sebagai sekolah menengah pertama keguruan.
Sekolah
menegah tinggi berlangsung tiga tahun, meliputi sekolah menengah tinggi (SMT)
sebagai sekolah menengah umum, dan sekolah kejuruan berupa sekolah teknik
menengah (STM), sekolah teknik (ST), sekolah guru kepandayan putrid (SGKP),
sekolah guru A (SGA) dan kursus guru.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem
pendidikan nasional di Indonesia pada zaman orde lama masih banyak dipengaruhi
oleh sistem pendidikan zaman Belanda. Dalam usahanya Ki hajar Dewantara sebagai
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan mencoba merumuskan Sistem
pendidikan nasional yang berlandaskan budaya bangsa Indonesia sendiri demi
mewujudkan bangsa yang terhormat dan maju.
B. SARAN
Dari
isi makalah yang telah dibuat, mudah-mudahan kita semua dapat memahami dengan
jelas apa isi dari makalah ini dan semoga dengan karya tulis ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Abudin Nata,
Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005.
Muh. Said dan Junima
Affan, Mendidik dari Zaman ke Zaman, Bandung: Jemmars, 1987.
Nugroho Noto Susanto,
Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, 1983.
Tim Sejarah, Sejarah 2,
Jakarta: Yudhistira, 1994.
WEB TERKAIT:
http://asmara-senja.blogspot.com
http://mrrusia.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar